Beranda | Artikel
Istikamah Bukan Hal Mudah
Minggu, 28 Januari 2024

Beratnya istikamah

Seorang muslim dituntut untuk beristikamah dalam menjalankan dan mengamalkan syariat agama Islam. Allah Ta’ala berfirman,

فَاسْتَقِمْ كَمَآ اُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْاۗ اِنَّهٗ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

Maka, tetaplah (di jalan yang benar), sebagaimana engkau (Nabi Muhammad) telah diperintahkan. Begitu pula, orang yang bertobat bersamamu. Janganlah kamu melampaui batas! Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud : 112)

Dalam ayat ini, Allah Ta’ala memerintahkan Nabi-Nya agar istikamah. Yakni, dengan mengamalkan perintah dan menjauhi larangan. Perintah ini adalah perintah yang cukup memberatkan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata,

مَا نَزَلَ عَلَى رَسُولِ اللهِ – صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – آَيَةً هِيَ أَشَدُّ وَلَا أَشَقُّ مِنْ هَذِهِ الآيَةِ عَلَيِهِ

Tidak ada satu ayat pun yang turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang lebih memberatkan dan menyulitkan beliau, melainkan ayat ini.” (Lihat Tafsir Al-Qurthubiy surah Hud ayat 112 dan Tafsir Al-Baghawiy dalam ayat yang sama)

Hal ini dikarenakan beratnya perkata istikamah. Untuk tetap tegar dan teguh di atas syariat Allah ini, bukanlah suatu hal yang mudah. Saking beratnya perintah ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebelumnya tidak memiliki uban. Tatkala turun ayat ini, beliau pun menjadi beruban. Dari sahabat Abdullah bin ‘Abbas, beliau bercerita,

قالَ أبو بَكْرٍ رضيَ اللَّهُ عنهُ: يا رسولَ اللَّهِ قد شِبْتَ، قالَ: شَيَّبَتْنِي هُوْدٌ، والواقعةُ، والمرسلاتُ، وعمَّ يتَسَاءَلُونَ، وإِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ

Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu berkata, “Wahai Rasulullah, engkau telah beruban.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku dibuat beruban oleh surah Hud, surah Al-Waqi’ah, surah Al-Mursalat, ‘Amma yatasa’alun (surah An-Naba), dan Idzasy syamsu kuwwirat (surah At-Takwir).”  (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 3297 disahihkan oleh Syekh Al-Albani)

Dikarenakan dalam surah-surah tersebut terdapat penyebutan tentang kaum-kaum terdahulu yang Allah timpakan azab-Nya kepada mereka, begitu pun tentang hari kiamat, dan perintah untuk beristikamah. Hal-hal inilah yang memberatkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. (Lihat Tuhfatul Ahwadziy Syarah Sunan At-Tirmidzi)

Penghalang-penghalang istikamah

Karena begitu beratnya perkara istikamah ini, yaitu untuk tetap tegar dan teguh di atas agama ini dengan menjalankan ketaatan dan meninggalkan larangan, maka istikamah terdapat banyak penghalangnya. Berikut ini di antara penghalang-penghalang istikamah yang harus dihindari:

Bersandar kepada rahmat Allah Ta’ala

Maksudnya, kebanyakan orang yang sulit untuk istikamah dikarenakan mereka bersandar kepada rahmat Allah Ta’ala dalam melakukan perbuatan dosa. Sehingga, mereka pun semakin jauh dari kata istikamah dan tenggelam dalam perbuatan dosa. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ

Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf: 56)

Allah firmankan bahwa rahmat Allah dekat dengan orang yang baik. Apakah orang-orang yang berbuat dosa pantas dikatakan sebagai orang-orang yang berbuat baik?

Mereka hanya berharap kepada rahmat Allah Ta’ala dan tidak takut terhadap azab Allah. Yang seharusnya adalah rasa takut dan berharap akan rahmat Allah senantiasa berjalan beriringan dan keduanya tidak dapat dipisahkan. Maka, tidak bisa seseorang berbuat dosa dengan alasan karena rahmat Allah begitu luas. Tentu ini pemahaman yang keliru dan ini termasuk dari penghalang istikamah.

Mengikuti bisikan-bisikan setan

Setan senantiasa membisikkan kepada hamba-hamba Allah Ta’ala agar tidak beristikamah. Inilah yang dikatakan oleh kepalanya setan, yaitu Iblis, kepada Allah,

قَالَ فَبِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَۙ ثُمَّ لَاٰتِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَاۤىِٕلِهِمْۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ

“Ia (Iblis) menjawab, “Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian, pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS. Al-A’raf: 16-17)

Ini sudah menjadi janji Iblis kepada Allah Ta’ala. Bahwa Iblis akan menyesatkan hamba-hamba-Nya. Allah Ta’ala juga berfirman dalam ayat yang lain,

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ اِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ قَالَ فَالْحَقُّۖ وَالْحَقَّ اَقُوْلُۚ لَاَمْلَـَٔنَّ جَهَنَّمَ مِنْكَ وَمِمَّنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ اَجْمَعِيْنَ

“(Iblis) berkata, “Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih (karena keikhlasannya) di antara mereka.” (Allah) berfirman, “Maka, yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Aku katakan. Aku pasti akan memenuhi (neraka) Jahanam denganmu dan orang yang mengikutimu di antara mereka semuanya.” (QS. Shad: 85)

Sehingga, sebagai hamba Allah Ta’ala, kita harus berhati-hati. Jangan sampai termasuk dari pengikut bisikan-bisikan setan dan juga iblis. Karena mengikuti bisikan mereka merupakan penghalang untuk beristikamah.

Meremehkan dosa

Di antara penghalang untuk istikamah adalah seseorang meremehkan dosa. Sehingga, ia terjatuh ke dalam dosa tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ

Jauhilah oleh kalian sifat meremehkan dosa! Karena dosa-dosa itu tidaklah berkumpul pada seseorang, melainkan akan membinasakannya.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, 1: 402. Disahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib no. 2470)

Dengan sebab dosa, seseorang dapat terhalang dari ibadah. Dengan sebab dosa, seseorang dapat terhalang dari mengerjakan kebajikan dan takwa. Dengan sebab dosa, seseorang dapat terhalang dari istikamah. Maka, berusahalah untuk menjauhi dosa-dosa yang Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam telah larang.

Lemah semangat dan panjang angan-angan

Seseorang yang lemah semangat dan panjang angan-angan akan sulit untuk istikamah. Sebagian orang ada yang hanya berangan-angan untuk beramal. Namun, ia tidak bergerak untuk beramal dan mencoba untuk istikamah. Ia tenggelam di dalam taswif (menunda-nunda) amalan dan tenggelam di dalam angan-angannya. Dalam sebuah syair dikatakan,

يَا مَنْ بِدُنْيَاهُ اشْـــــتَغَلْ

وَقَدْ غَرَّهُ طُوْلُ الأَمَلِ

المَوْتُ يَأْتِي بَغْتَــــــــــةً

وَالْقَبْرُ صُنْدُوْقُ الْعَمَلِ

Wahai orang-orang yang sibuk dengan dunianya

            Sungguh ia telah tertipu dengan panjangnya angan-angan

Kematian akan datang kepadanya secara tiba-tiba

            Kubur pun akan menjadi perbendaharaan amalnya [1]

Tentu masih banyak lagi penghalang-penghalang istikamah. Setidaknya keempat hal di atas yang benar-benar harus dihindari agar kita tetap istikamah. Karena istikamah bukan hal mudah, maka perlu adanya usaha lebih untuk bisa istikamah.

Baca juga: Istikamah, Anugerah Terindah

Tips agar tetap istikamah

Di antara tips yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam agar tetap istikamah yaitu, tetaplah beramal walaupun sedikit. Karena yang terpenting adalah bukan banyaknya amal, namun yang terpenting adalah tetap beramal. Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah yang konsisten, walaupun sedikit.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari no. 5523 dan Muslim no. 783. Dan ini lafaz Imam Muslim)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengajarkan doa agar tetap istikamah di atas agama ini,

اللَّهُمَّ! ‌يَا ‌مُقَلِّبَ ‌القُلُوبِ، ثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى دِيْنِكَ

Ya Allah, yang membolak-balikkan hati. Teguhkanlah hati kami di atas agamamu.” (Lihat Shahih Al-Adabul Mufrad hal. 253 karya Syekh Al-Albani rahimahullah).

Inilah sedikit tips yang bisa dilakukan agar bisa tetap istikamah. Mengingat ganjaran istikamah sangatlah besar. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih. Dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fusshilat: 30)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah (wafat th. 728 H) pernah berkata,

وَإِنَّمَا غَايَةُ الكَرَامَةِ لُزُوْمُ الاِسْتِقَامَةِ

Puncak karamah (bagi seorang hamba) adalah tetap teguh dengan keistikamahan.” (Lihat kitab Al-Furqan Baina Aulia’irrahman wa Aulia’issyaithan karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah hal. 187)

Hal yang serupa dikatakan juga oleh murid beliau Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah (wafat th. 751 H) dalam kitab beliau Madarijus Salikin (2: 106).

Kendati istikamah bukanlah hal yang mudah untuk dijaga, namun ganjaran terhadap istikamah amatlah besar dan begitu menggembirakan. Semoga hal ini bisa menjadi pendorong semangat untuk tetap beramal dan tetap istikamah dalam menjalankan agama ini.

Wallahul muwaffiq.

Baca juga: Istiqamah di atas Tauhid

***

Depok, 06 Rajab 1445/ 18 Januari 2024

Penulis: Muhammad Zia Abdurrofi


Artikel asli: https://muslim.or.id/91096-istikamah-bukan-hal-mudah.html